Transportasi laut merupakan salah satu pilar perdagangan internasional. Saat ini, ada sebuah minat yang tumbuh untuk mengurangi emisi polusi dari sektor ini dan memastikan bahwa sektor ini menjadi sarana transportasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Meskipun transportasi laut tidak terlalu menimbulkan polusi dibandingkan transportasi lainnya, seperti penerbangan atau transportasi darat, transportasi laut masih bertanggung jawab atas sebagian besar emisi karbon dioksida (CO2) global.
Dampak transportasi laut terhadap emisi global
El transportasi laut internasional Menurut perkiraan terbaru, hal ini menghasilkan sekitar 3-4% emisi CO2 global, yang setara dengan sekitar 1.000 juta ton CO2 setiap tahunnya. Meskipun dampaknya mungkin tampak kecil dibandingkan dengan industri lain, tidak dapat disangkal bahwa sektor ini harus menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi jejak karbonnya.
Selain CO2, kapal mengeluarkan polutan beracun lainnya seperti sulfur dioksida (SO2), yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara dan masalah kesehatan masyarakat. Mereka juga menghasilkan partikel halus yang berhubungan dengan penyakit pernafasan. Situasi ini berarti peraturan dan tindakan internasional untuk mengurangi dampak lingkungan menjadi semakin ketat.
Langkah-langkah regulasi untuk mengurangi emisi
Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi internasional seperti Organisasi Maritim Internasional (IMO) telah mengadopsi peraturan penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari transportasi laut. Pada tahun 2011, Indeks Efisiensi Energi Proyek (EEDI), yang menetapkan persyaratan minimum wajib untuk efisiensi kapal baru. Juga didirikan adalah Rencana Manajemen Efisiensi Energi Kapal (SEEMP) untuk meningkatkan efisiensi energi dalam pengoperasian kapal yang ada.
Pada tahun 2018, IMO mengadopsi a strategi awal yang menetapkan pengurangan emisi GRK sebesar 50% pada tahun 2050 dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 2008. Strategi ini juga mencakup upaya untuk mencapai operasi “nol emisi” di sektor ini pada paruh kedua abad ke-XNUMX.
Sumber utama pencemaran dari transportasi laut
Polutan utama yang dikeluarkan oleh kapal adalah:
- CO2: Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak berat.
- Sulfur oksida (SOx): Sangat beracun, polutan ini merupakan penyebab utama terbentuknya hujan asam.
- Nitrogen oksida (NOx): Berkontribusi pada pembentukan ozon troposfer, berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem.
Bahan bakar yang digunakan kapal, seperti bahan bakar minyak berat, merupakan salah satu masalah utama yang harus diatasi. Meskipun ada perubahan peraturan, sebagian besar kapal masih menggunakan bahan bakar jenis ini, yang sangat menimbulkan polusi.
Solusi dan peningkatan teknologi
Untuk mengurangi dampak lingkungan dari transportasi laut, sektor ini mulai menerapkan penerapan yang berbeda teknologi dan sumber energi terbarukan. Di antara solusi utamanya adalah:
- Mesin metanol dan hidrogen: Kedua opsi tersebut berpotensi mengurangi emisi secara signifikan. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, hal ini dapat menjadi kunci dalam transisi menuju transportasi laut yang lebih bersih.
- Penggunaan biofuel: Sumber energi alternatif ini, yang berasal dari tumbuhan atau sampah organik, memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil tradisional. Namun penerapannya menghadapi tantangan terkait dengan produksi skala besar.
- Peningkatan efisiensi energi: Desain kapal baru yang canggih, bersama dengan optimalisasi operasi, dapat mengurangi jumlah bahan bakar yang digunakan dan juga emisi.
- Layar dan tenaga angin berbantuan: Teknologi kuno seperti berlayar diadaptasi dengan inovasi modern untuk diterapkan pada kapal komersial.
Proyek dekarbonisasi: masa depan transportasi laut
Beberapa perusahaan multinasional memimpin proyek-proyek untuk mengurangi emisi dalam operasi maritim mereka. Unilever, misalnya, telah menerapkan a menara kendali laut virtual, alat yang memungkinkan Anda memantau emisi setiap kapal Anda secara real time. Dengan sistem ini, mereka berhasil mengurangi emisi CO15 yang berasal dari logistik maritim mereka sebesar 2% pada tahun 2022.
Demikian pula, banyak perusahaan yang mulai mengadopsi mekanisme penggantian kerugian karbon dan bekerja sama dengan organisasi pemerintah untuk menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan. Misalnya, pemilik kapal Mereka kini mengevaluasi penggunaan kapal yang lebih efisien yang mengurangi emisi per kilometer perjalanan.
Perdagangan emisi di UE
Salah satu perkembangan penting dalam upaya mengurangi emisi adalah hak emisi. Mulai tahun 2024, Uni Eropa akan memasukkan sektor transportasi laut ke dalam Skema Perdagangan Emisi (ETS), yang akan mewajibkan perusahaan pelayaran untuk memperoleh izin mengeluarkan CO2. Rezim ini akan menerapkan 100% emisi pada perjalanan antar pelabuhan Eropa dan 50% emisi pada perjalanan antara pelabuhan UE dan negara ketiga.
Sistem perdagangan emisi ini akan mendorong penerapan teknologi dan praktik yang mengurangi polusi. Perusahaan pelayaran yang mengeluarkan emisi lebih sedikit akan dapat menjual haknya dan memperoleh keuntungan ekonomi. Hal ini merupakan kunci untuk mencapai transisi yang lebih cepat menuju transportasi laut yang lebih berkelanjutan.
Tindakan nyata bagi perusahaan pelayaran
Untuk memenuhi standar lingkungan baru dan mengurangi jejak karbon, perusahaan pelayaran mengambil beberapa langkah. tindakan praktis segera. Di antara yang paling menonjol adalah:
- Pengoptimalan rute: Perusahaan pelayaran berupaya mengurangi jarak dan waktu perjalanan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar.
- Penggunaan wadah terbaik: Meminimalkan bobot dan memanfaatkan ruang yang tersedia dapat mengurangi jumlah perjalanan yang diperlukan dan juga emisi.
- Pengurangan jumlah pelabuhan pada rute: Membatasi jumlah pemberhentian dapat membantu menghindari emisi yang tidak perlu, terutama di kawasan yang padat.
Peran komunitas pelabuhan
Los pelabuhan Eropa Mereka juga memainkan peran penting dalam mengurangi emisi. Langkah-langkah yang digalakkan mulai dari elektrifikasi dermaga sehingga kapal berhenti membakar bahan bakar saat berlabuh, hingga penerapan kontrol emisi yang lebih ketat di area pelabuhan.
Sektor maritim memiliki potensi besar untuk mengurangi jejak karbon dan polutan lainnya secara drastis. Meskipun terdapat hambatan teknologi dan ekonomi yang harus diatasi, baik kemajuan peraturan maupun teknologi baru mendorong sektor ini menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah yang tepat dan dukungan organisasi internasional, transportasi laut dapat menjadi model transportasi global yang berkelanjutan dan rendah emisi.