Suhunya dekat kutub Utara berada saat ini 20 derajat lebih hangat dari seharusnya rata-rata sepanjang tahun ini, seperti yang dilaporkan oleh beberapa peneliti. Fakta ini membuat kita kecewa dan membuat kita merenungkan efektivitas protokol, pertemuan, dan konvensi internasional yang berupaya mengatasi perubahan iklim. Sering kali tampaknya, alih-alih mengambil tindakan nyata, pertemuan-pertemuan ini lebih banyak menghasilkan kata-kata daripada tindakan, mengingatkan kita pada kelompok anti-Romawi dalam film terkenal. Hidup Brian.
Arktik sedang mengalaminya malam kutub, periode saat matahari hampir tidak muncul di cakrawala. Tahap ini, secara tradisional, sangat dingin, dan merupakan saat es laut terbentuk lebih cepat, menciptakan lapisan tebal yang akan melindungi ekosistem selama musim dingin. Namun, tahun ini suhu jauh lebih hangat dari biasanya, mencapai rekor tertinggi 7 derajat di atas rata-rata di berbagai daerah, seperti yang ditunjukkan oleh data dari stasiun meteorologi yang terletak di sekitar Kutub Utara.
Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi suhu tetapi juga pembentukannya es Arktik, yang saat ini bergerak jauh lebih lambat dari yang seharusnya. Meskipun musim panas merupakan titik terendah lapisan es, menjelang bulan September, pemulihan yang harus segera dimulai menjadi jauh lebih lambat, bahkan lebih lambat dibandingkan tahun 2012, yang hingga saat ini dianggap sebagai salah satu tahun dengan volume es Arktik terendah yang pernah tercatat. .
Komunitas ilmiah terkejut dengan apa yang terjadi. Faktanya, banyak peneliti yang mengungkapkan keprihatinannya di jejaring sosial seperti Twitter, mengingat ini adalah tahun kedua berturut-turut Arktik mengalami suhu yang luar biasa tinggi. Pada akhir tahun 2015, suhu di wilayah tersebut bahkan mencapai titik leleh akibat badai besar yang membawa massa udara hangat menuju zona kutub.
Kaitan antara anomali ini dan perubahan iklim
Fenomena iklim ini erat kaitannya dengan perubahan iklim dunia, menurut Jennifer Francis, seorang spesialis studi Arktik. Peristiwa cuaca ekstrem, seperti peningkatan suhu kutub, semakin sering terjadi dan memiliki kaitan langsung dengan pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
2016 telah dinilai oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat, tidak hanya mencakup pemanasan global secara umum, namun juga kejadian spesifik seperti yang terjadi di Arktik. Kenyataan yang kita hadapi sungguh mengkhawatirkan; Perubahan yang terjadi di kawasan ini tidak hanya berdampak pada ekosistem kutub, namun juga berdampak global.
Gelombang panas di kutub: sebuah fenomena yang mengkhawatirkan
Situasi di Kutub Utara bukanlah peristiwa yang terjadi sendirian. Para ahli telah mengamati gelombang panas di kedua kutub, sebuah fenomena yang mengejutkan banyak ilmuwan. Di beberapa wilayah Arktik dan Antartika, suhu meningkat sekitar 40 derajat di atas normal. Di ujung utara planet ini, suhu mendekati 0 derajat Celcius padahal seharusnya suhunya sekitar -20 atau -30 derajat.
Gelombang panas di Kutub Utara ini mempunyai dampak buruk, seperti percepatan pencairan es. Proses mencairnya gletser dan es laut di Kutub Utara merupakan salah satu tanda terbesar terjadinya perubahan iklim. Luas maksimum es laut berkurang setiap tahunnya, sehingga berdampak tidak hanya pada satwa liar di Arktik, namun juga komunitas manusia di wilayah tersebut yang bergantung pada es ini sebagai penghidupan mereka.
El es meleleh Hal ini secara langsung mempengaruhi sirkulasi lautan global, yang pada gilirannya berdampak pada iklim seluruh wilayah di dunia. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Geophysical Research Letters, gelombang panas seperti yang terjadi di Arktik semakin sering terjadi dan dapat menjadi bagian dari iklim normal baru di wilayah tersebut.
Dampak terhadap es laut dan keanekaragaman hayati
Es Arktik sangat penting untuk mengatur iklim global karena berfungsi sebagai semacam "cermin" yang memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa. Ketika es mencair dan permukaannya menyusut, bumi menyerap lebih banyak panas, sehingga berkontribusi terhadap pemanasan lebih lanjut di planet ini. Hal ini menciptakan lingkaran setan yang memperburuk perubahan iklim.
El mundurnya es laut Arktik juga menimbulkan bahaya serius terhadap keanekaragaman hayati di wilayah tersebut. Spesies seperti beruang kutub, anjing laut, dan rubah kutub bergantung pada es untuk kelangsungan hidup mereka. Hilangnya es di Kutub Utara menyiratkan hilangnya habitat spesies ini, yang sangat membahayakan keberadaan mereka.
Menurut data ilmiah, populasi beruang kutub telah menurun sebesar 25% dalam beberapa tahun terakhir karena berkurangnya habitat aslinya. Hewan-hewan ini bergantung pada lapisan es untuk berburu, dan tanpa mereka, kemampuan mereka untuk menemukan makanan akan sangat terpengaruh.
Apa yang diharapkan di masa depan?
Saat kita memasuki masa depan yang tidak pasti, model iklim memperkirakan bahwa Arktik akan sepenuhnya bebas es selama musim panas dalam beberapa dekade mendatang. Perubahan-perubahan ini tidak hanya akan mempengaruhi flora dan fauna di Arktik, tetapi juga iklim global, sehingga memicu kejadian cuaca ekstrem seperti gelombang panas, hujan lebat, dan variabilitas iklim yang lebih besar di belahan dunia lain.
Pengasaman laut adalah salah satu masalah besar yang mulai kita amati. Penyerapan karbon dioksida dalam air menyebabkan peningkatan tingkat keasaman, yang berdampak serius pada organisme laut.
Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada spesies yang menghuni kawasan ini, namun juga komunitas manusia yang hidup di Arktik. Masyarakat adat, yang bergantung pada es untuk memancing dan berburu, kini mengalami hilangnya mata pencaharian, yang dapat menyebabkan punahnya cara hidup mereka. Di masa depan, pengungsian paksa dan naiknya permukaan air laut diperkirakan akan mendatangkan malapetaka pada masyarakat pesisir di seluruh dunia.
Mengingat skenario ini, penting untuk terus menyelidiki dan mengambil tindakan nyata. Situasinya mengkhawatirkan, namun untungnya kita masih bisa menerapkan langkah-langkah untuk memitigasi dampak perubahan iklim.