Kemarin, otoritas Perancis bersiaga menyusulnya ledakan di pembangkit listrik tenaga nuklir di kota Flamanville. Insiden-insiden ini selalu menimbulkan kekhawatiran, namun dalam kasus ini nampaknya situasi dapat dikendalikan dengan cepat.
Sejauh ini, hal itu telah dilaporkan lima orang diracun Akibat menghirup asap, meski semuanya sudah keluar dari bahaya, yang menandakan untungnya ledakan tersebut tidak menimbulkan kerusakan serius. Namun, situasi seperti ini selalu memunculkan “ketakutan” terhadap energi nuklir, terutama setelah bencana Fukushima.
Pada minggu yang sama, peringatan kembali diberlakukan di sekitar Fukushima, di mana a kejadian baru telah mengungkap bahaya yang masih ada di reaktor yang rusak, beberapa di antaranya terancam jatuh ke laut, meski tidak bisa diakses. Dalam konteks ini, ledakan baru-baru ini di Perancis sekali lagi memicu perdebatan mengenai keamanan nuklir.
Peristiwa di Flamanville terjadi sekitar pukul 10 waktu setempat, di ruang mesin yang dihadiri sedikitnya tujuh orang, menurut laporan media setempat. Pihak berwenang telah meyakinkan hal itu tidak ada risiko kontaminasi, karena ledakan tidak terjadi di daerah yang terdapat reaktor nuklir.
Investigasi awal menunjukkan bahwa penyebab insiden tersebut adalah a kegagalan teknis yang serius, meskipun pihak berwenang telah meminimalkan keseriusan insiden tersebut, yang dianggap sebagai insiden kecil dan dapat dikendalikan dengan cepat.
Pembangkit listrik tenaga nuklir di Perancis: hubungan yang kompleks
Perancis dikenal karena komitmennya yang kuat terhadap energi nuklir. Lebih dari 70% listrik yang dihasilkan di negara ini berasal dari pembangkit listrik tenaga nuklir, menjadikannya salah satu negara yang paling bergantung pada jenis energi ini.
Namun, hubungan Perancis dengan pembangkit listrik tenaga nuklirnya bukannya tanpa masalah. Tanaman menjadi tua, dan menghadapi kritik yang semakin meningkat baik atas risikonya maupun atas limbah radioaktif yang dihasilkannya. Namun, pabrik-pabrik tersebut terus beroperasi melalui program pemeliharaan intensif karena kurangnya alternatif cepat untuk menggantikan kapasitas produksi mereka yang sangat besar.
Pabrik Flamanville, yang dimiliki oleh Electricité de France (EDF), adalah salah satu kasus yang paling representatif. Ia memiliki dua reaktor nuklir beroperasi sejak tahun 80an, dan reaktor ketiga yang konstruksi dan permulaannya berulang kali mengalami penundaan dan pembengkakan biaya.
Konteks yang lebih luas: krisis Fukushima dan ancaman nuklir di Eropa
Ledakan di Flamanville bukanlah satu-satunya insiden. Seperti disebutkan di atas, Jepang terus menghadapi dampak buruk setelah runtuhnya pabrik Fukushima. Sejak tahun 2011, jutaan orang telah terkena dampaknya kebocoran radioaktif terbesar dari Chernobyl.
Pada tanggal 11 Maret 2011, gempa bumi berkekuatan 9,0 memicu tsunami yang meluluhlantahkan pantai timur laut Jepang dan melanda pembangkit listrik Fukushima Daiichi. Yang terjadi selanjutnya adalah serangkaian kegagalan teknologi, mulai dari pemadaman listrik hingga serangkaian ledakan hidrogen di reaktornya. Peristiwa ini memaksa 154,000 penduduk sekitar dievakuasi dan menyebabkan pelepasan kontaminasi radioaktif secara besar-besaran ke udara, air, dan tanah.
Dampak kecelakaan nuklir terhadap persepsi masyarakat
Ketakutan terhadap energi nuklir dapat dimengerti, dan kejadian seperti itu dapat dimengerti Fukushima dan Chernobyl pada tahun 1986 adalah pengingat terburuk akan bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi ini jika gagal. Selama bertahun-tahun, berbagai gangguan teknis dan kesalahan manusia mengubah gagasan fusi nuklir yang tidak terkendali dari mimpi buruk menjadi kenyataan.
Perancis, sebagai salah satu pendukung utama energi nuklir di Uni Eropa, mendapati dirinya berada dalam situasi yang unik. Meskipun banyak suara yang menyerukan pengurangan ketergantungan negara terhadap nuklir, Pemerintah tetap melanjutkan rencananya membangun hingga 14 reaktor baru sebelum 2050.
Inilah sebabnya mengapa situasi seperti ledakan baru-baru ini di Flamanville sekali lagi memicu perdebatan mengenai apakah energi nuklir dapat dipadukan dengan pendekatan berkelanjutan terhadap keamanan energi dan lingkungan hidup.
Masalah struktural di pembangkit listrik tenaga nuklir
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi infrastruktur nuklir di Perancis adalah penuaan reaktornya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar reaktor di negara ini ada tanda-tanda korosi di area kritis.
Misalnya, reaktor Penly 1 yang terletak di barat laut Perancis, merupakan salah satu dari 16 reaktor yang baru-baru ini diidentifikasi mengalami masalah korosi serius pada tabung pendinginnya. Masalah-masalah ini telah menyebabkan penutupan reaktor yang berkepanjangan, mengurangi kapasitas produksi listrik dan memaksa Perancis bergantung pada impor dari negara-negara tetangga selama berbulan-bulan.
Otoritas Keselamatan Nuklir Perancis telah mengindikasikan bahwa masalah ini sejauh ini tidak mengakibatkan insiden, namun telah menyebabkan banyak kritikus mempertanyakan keselamatan jangka panjang pembangkit listrik tenaga nuklir Perancis.
Kegagalan seperti Penly 1 juga mencerminkan kenyataan yang mengkhawatirkan: banyak reaktor Perancis dioperasikan melebihi masa manfaat aslinya, dengan perpanjangan izin menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan reaktor ini untuk beroperasi dengan aman di masa depan.
Namun, Prancis terus melanjutkan pembangunan reaktor baru dengan teknologi EPR, sebagai bagian dari upayanya untuk mencapai tujuan dekarbonisasi pada tahun 2050. Selain itu, negara tersebut memimpin koalisi negara-negara di Uni Eropa yang berkomitmen terhadap energi nuklir sebagai solusi utama untuk mengekang perubahan iklim.
Meskipun ada upaya untuk melakukan dekarbonisasi perekonomiannya, Prancis dihadapkan pada dilema untuk terus membangun dan memelihara pembangkit listrik tenaga nuklir atau mempercepat transisi ke energi terbarukan, seperti tenaga angin dan surya. Semakin banyak suara yang menyerukan agar penerapan teknologi ini dipercepat untuk menghindari lebih banyak insiden seperti yang terjadi di Flamanville atau Penly.
Bagaimanapun, energi nuklir tetap menjadi bagian utama dari perdebatan energi global, dan kejadian baru-baru ini di Perancis semakin menambah pertanyaan mengenai kelayakan dan keamanannya di dunia yang semakin membutuhkan energi ramah lingkungan.
Oleh karena itu, selama ledakan, kebocoran, dan korosi masih terjadi, ketegangan akan terus terjadi antara pihak yang memandang energi nuklir sebagai jalan menuju masa depan yang lebih rendah karbon dan pihak yang mengkhawatirkan risiko yang terkandung dalam teknologi ini.
Ledakan di Flamanville dan masalah di pembangkit listrik lainnya menggarisbawahi tantangan teknis yang dihadapi Perancis dalam komitmennya terhadap energi nuklir. Namun, bagi banyak orang, kemungkinan terjadinya bencana saja sudah cukup menjadi alasan untuk mempertanyakan kelangsungan model energi ini dalam jangka panjang.