Dekade Ilmu Kelautan: tantangan dan peluang untuk masa depan yang berkelanjutan

  • Lebih dari 80% lautan masih belum dijelajahi, sehingga menghambat pengelolaan yang efektif.
  • Komitmen internasional baru untuk mengelola wilayah pesisir secara berkelanjutan pada tahun 2025.
  • Investasi pada teknologi kelautan akan menjadi kunci untuk meningkatkan kapasitas intervensi dan menghasilkan lapangan kerja yang berkelanjutan.

Dekade Ilmu Kelautan untuk Pembangunan Berkelanjutan

PBB mencanangkan periode 2021-2030 sebagai Dekade Ilmu Kelautan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Proyek ambisius ini dirancang untuk memobilisasi tidak hanya komunitas ilmiah, namun juga politisi, perusahaan dan masyarakat sipil, seputar program umum penelitian dan pengembangan teknologi di wilayah laut. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa ilmu pengetahuan memberikan kontribusi penuh terhadap keberlanjutan lautan, yang merupakan sumber daya penting bagi kehidupan di Bumi.

Salah satu poin penting dari inisiatif ini adalah perlunya memperkuat dan mendiversifikasi sumber pendanaan untuk meneliti dan melestarikan ekosistem laut. Saat ini, banyak negara mengalokasikan antara 0,04% dan 4% dari anggaran penelitian dan pengembangan (R&D) mereka untuk ilmu kelautan, jumlah yang tidak mencukupi mengingat sekitar 3.000 miliar orang bergantung langsung pada keanekaragaman hayati di laut dan pesisir untuk penghidupan mereka. Hal ini menyoroti pentingnya meningkatkan investasi dalam ilmu kelautan untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Lautan memainkan peran mendasar dalam mengatur iklim. Faktanya, mereka menyerap hampir sepertiga karbon dioksida yang dihasilkan manusia, sehingga membantu mitigasi perubahan iklim. Meskipun relevansinya, Ilmu pengetahuan belum dapat sepenuhnya menilai dampak kumulatif aktivitas manusia terhadap lautan., seperti polusi, pemanasan global dan pengasaman. Agar Dekade ini dapat mencapai tujuannya, penting untuk menghasilkan sumber data baru dan meningkatkan penelitian.

Pentingnya ilmu kelautan menurut UNESCO

La Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) telah menjadi promotor aktif Dekade Ilmu Kelautan. Menurut Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, salah satu tantangan besarnya adalah, meskipun lautan menutupi 70% bumi, kita baru menjelajahi kurang dari 5% lautan. Angka ini mengkhawatirkan karena meningkatnya tekanan yang dilakukan manusia terhadap ekosistem laut.

Menjelajahi lautan membutuhkan sumber daya yang besar, karena memerlukan penggunaan kapal khusus, robot bawah air, satelit, kendaraan selam, dan teknologi lainnya. Namun, investasi di bidang-bidang tersebut sejauh ini masih belum mencukupi, sehingga membatasi pengetahuan dan kemampuan untuk bertindak dalam menghadapi tantangan global.

Demikian pula, salah satu tujuan utama UNESCO adalah untuk meningkatkan kolaborasi internasional di bidang ilmu kelautan. UNESCO berupaya memperkuat kerja sama antar berbagai negara untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan pengalaman. Promosi pelatihan dan transfer teknologi akan sangat penting di tahun-tahun mendatang.

Kolaborasi internasional dalam ilmu kelautan

Tantangan utama pada dekade ini

Selama Dekade Ilmu Kelautan, tujuan utama yang ingin dicapai meliputi:

  • Polusi laut: Penelitian terbaru menunjukkan bahwa setiap tahunnya, sekitar 8 juta ton plastik berakhir di lautan. Salah satu tantangannya adalah mengidentifikasi sumber polusi dan mengembangkan teknologi yang dapat membantu mengurangi dampaknya.
  • Restorasi ekosistem: Kemajuan harus dicapai dalam perlindungan dan pemulihan ekosistem yang terkena dampak penangkapan ikan berlebihan dan aktivitas manusia lainnya. Pendekatan ekosistem akan sangat penting untuk menjamin regenerasi kawasan perlindungan laut.
  • Penangkapan ikan yang berkelanjutan: Keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi sumber daya laut sangat penting untuk memberi makan populasi dunia yang terus bertambah tanpa membahayakan keanekaragaman hayati laut.
  • Perubahan iklim: Lautan telah menyerap sekitar 90% panas tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Menemukan cara untuk mengurangi dampak pemanasan global dan pengasaman masih menjadi salah satu tantangan yang paling mendesak.

Kesenjangan pengetahuan: lautan yang hampir tidak diketahui

Meskipun ada kemajuan dalam penelitian ilmiah, Lebih dari 80% lautan masih belum dijelajahi. Kesenjangan pengetahuan yang sangat besar ini menghalangi negara-negara untuk mengambil keputusan yang tepat mengenai cara mengelola dan melindungi lautan secara efektif. Mempelajari dasar laut, memetakan wilayah yang belum diketahui, dan mengumpulkan data keanekaragaman hayati dapat mengubah secara radikal cara kita mengelola sumber daya penting ini.

Jika tidak segera diambil tindakan, dampaknya terhadap lautan akan sangat buruk. António Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, telah memperingatkan bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil pada tahun 2050, kemungkinan akan terdapat lebih banyak plastik daripada ikan di laut. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah kenyataan bahwa seluruh terumbu karang tropis bisa hilang sebelum akhir abad ini karena meningkatnya suhu air dan pengasaman.

Untuk mencoba menyelamatkan lautan, diperlukan tindakan terkoordinasi antara pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat sipil. Salah satu solusi yang paling banyak diusulkan adalah pembentukan kawasan perlindungan laut yang memungkinkan ekosistem laut beregenerasi tanpa campur tangan manusia.

Perlindungan terumbu karang

Komitmen internasional terhadap ilmu kelautan

Kemajuan terbaru dalam pengelolaan laut adalah komitmen 14 negara, yang mewakili 40% wilayah pesisir dunia, untuk mengelola wilayah pesisir mereka secara berkelanjutan pada tahun 2025. Komitmen ini dapat menjadi kunci untuk menghindari kemiskinan di banyak wilayah pesisir dan mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Meskipun terdapat komitmen ini, pemerintah masih mengalokasikan sedikit sumber daya untuk penelitian kelautan. Rata-rata, negara-negara berinvestasi kurang dari 2% dari anggaran penelitian dan pengembangan dalam ilmu kelautan. Fakta ini sangat mengkhawatirkan, mengingat kita menghadapi berbagai tantangan yang saling terkait, seperti perubahan iklim, pengasaman, dan polusi.

Peran penting investasi teknologi

Untuk mengatasi tantangan besar yang ada di masa depan, investasi di bidang teknologi sangatlah penting. Inovasi teknologi di bidang energi laut, observasi dan analisis data bawah air akan meningkatkan kapasitas intervensi kami secara signifikan.

Beberapa perkembangan yang paling diantisipasi meliputi:

  • Perkembangan sistem peringatan dini yang dapat mendeteksi perubahan laut yang berbahaya, seperti tsunami atau gelombang merah.
  • Pemetaan bawah air: Pemetaan dasar laut yang lebih baik menggunakan satelit dan drone bawah air.
  • Pencarian untuk sumber energi laut yang baru seperti energi pasang surut dan gelombang.

Berkat kemajuan ini, generasi ilmuwan kelautan berikutnya diharapkan dapat melakukan studi yang lebih lengkap, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat untuk melindungi lautan. Selain itu, ekonomi biru, yang didasarkan pada pemanfaatan laut secara berkelanjutan, akan menghasilkan lapangan kerja dan peluang baru di sektor-sektor berkembang.

Dekade Ilmu Kelautan untuk Pembangunan Berkelanjutan adalah kesempatan unik untuk memulihkan kesehatan lautan dan memperoleh pengetahuan yang kita perlukan agar dapat hidup berdampingan secara lebih harmonis. Dalam beberapa tahun mendatang, komunitas internasional perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa laut terus menyediakan layanan penting yang menjadi sandaran seluruh umat manusia.


tinggalkan Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai dengan *

*

*

  1. Penanggung jawab data: Miguel Ángel Gatón
  2. Tujuan data: Mengontrol SPAM, manajemen komentar.
  3. Legitimasi: Persetujuan Anda
  4. Komunikasi data: Data tidak akan dikomunikasikan kepada pihak ketiga kecuali dengan kewajiban hukum.
  5. Penyimpanan data: Basis data dihosting oleh Occentus Networks (UE)
  6. Hak: Anda dapat membatasi, memulihkan, dan menghapus informasi Anda kapan saja.