Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan ancaman lingkungan lainnya. Menurut laporan PBB, separuh terumbu karang dunia telah hilang, sehingga menimbulkan ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati laut dan berbagai jasa ekosistem yang menjadi sandaran kita.
Ekosistem ini merupakan kunci penyaringan dan pembersihan perairan laut, selain memberikan perlindungan bagi banyak spesies. Sayangnya, hampir sepertiga stok ikan komersial dieksploitasi pada tingkat yang tidak berkelanjutan. Hal ini tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati laut, namun juga jutaan orang yang bergantung pada sumber daya laut untuk penghidupan mereka.
Peningkatan penangkapan ikan dan konsumsi
Pada Majelis Lingkungan Hidup PBB (UNEA-3), yang diadakan di Nairobi, disoroti bahwa faktor-faktor seperti penangkapan ikan berlebihan, kegiatan ekstraktif, pariwisata, pembangunan pesisir dan polusi mempercepat perusakan habitat laut. Hal ini menyebabkan berkurangnya populasi spesies laut secara drastis, sehingga membawa beberapa spesies ke ambang kepunahan.
Sayangnya, meskipun tujuannya adalah untuk melindungi 10% wilayah pesisir dan perairan pada tahun 2020, kenyataannya hingga saat ini 14,4% wilayah tersebut telah dilindungi, sehingga hal ini menunjukkan perlunya pengelolaan yang lebih efektif dan distribusi manfaat yang lebih seimbang berasal dari perlindungan ekosistem ini.
Meningkatkan kawasan lindung laut
Ketika diputuskan untuk melindungi suatu wilayah laut, muncul dua posisi utama. Di satu sisi, ada pihak yang berupaya meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem. Di sisi lain, ada pihak yang khawatir bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan hilangnya manfaat ekonomi dan sosial, terutama bagi masyarakat pesisir yang bergantung pada perikanan, pariwisata, dan aktivitas lain yang terkait dengan laut.
Namun, menurut laporan 'Borders' yang dipresentasikan pada UNEA-3, terlihat jelas bahwa pengelolaan lautan secara berkelanjutan, dengan meningkatkan jumlah kawasan perlindungan laut, dapat berfungsi sebagai “mesin” untuk meningkatkan perekonomian. Hal ini karena pengelolaan dan konservasi laut yang tepat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang, melindungi sumber daya yang penting bagi banyak industri pesisir seperti pariwisata atau perikanan berkelanjutan.
Ancaman terhadap terumbu karang
Terdapat ancaman lokal dan global yang berdampak signifikan terhadap terumbu karang. Di tingkat lokal, kerusakan terumbu karang terutama disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembangunan wilayah pesisir, penangkapan ikan yang merusak, atau pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya merusak terumbu secara fisik, namun juga berkontribusi terhadap sedimentasi dan polusi yang memperburuk situasi.
Ancaman lokal yang umum meliputi:
- Penghancuran fisik: Pembangunan infrastruktur, pelabuhan, penangkapan ikan dengan dinamit dan penggunaan jaring yang merusak merupakan beberapa kegiatan yang menyebabkan kerusakan serius pada terumbu karang.
- Kontaminasi: Mulai dari polutan yang berasal dari darat, seperti pupuk, pestisida, limbah industri dan domestik, hingga sampah laut, situasinya kritis. Polusi menyebabkan kelebihan nutrisi yang menyebabkan pertumbuhan alga tidak terkendali, sehingga karang tidak mendapat cukup sinar matahari.
- Penangkapan berlebih: Berkurangnya spesies penting bagi ekosistem terumbu karang, seperti ikan yang merumput, mengganggu keseimbangan jaring makanan, sehingga memungkinkan berkembang biaknya alga dan organisme lain yang bersaing dengan karang.
- Ekstraksi karang: Pengumpulan karang untuk perhiasan dan dekorasi juga berkontribusi terhadap hilangnya terumbu.
Ancaman global: Perubahan iklim dan pengasaman laut
Masalah terpenting yang dihadapi terumbu karang adalah perubahan iklim. Meningkatnya suhu laut menyebabkan pemutihan karang secara massal. Fenomena ini terjadi ketika karang, di bawah tekanan termal, mengeluarkan alga simbiosis yang memberi nutrisi dan warna khasnya. Tanpa alga, karang akan melemah, kehilangan warna, dan jika proses ini terus berlanjut, karang bisa mati.
Pengasaman laut merupakan faktor kunci lain yang mengancam terumbu karang. Ketika tingkat karbon dioksida (CO2) di atmosfer meningkat, lautan menyerap lebih banyak gas ini, sehingga menghasilkan asam karbonat. Hal ini menurunkan pH air laut, membuat kondisi kurang menguntungkan bagi karang untuk mengapur, sehingga menyulitkan karang untuk membentuk kerangka kalsium karbonat.
Dampak ekonomi dan sosial dari hilangnya terumbu karang
Hilangnya terumbu karang berdampak langsung pada masyarakat pesisir yang menggantungkan penghidupannya pada terumbu karang. Diperkirakan ratusan juta orang bergantung pada terumbu karang untuk makanan, pendapatan dari pariwisata, perikanan, dan perlindungan dari badai dan tsunami.
Misalnya, di wilayah Mesoamerika, yang merupakan rumah bagi salah satu terumbu karang penghalang terbesar di dunia, aktivitas terkait terumbu karang menghasilkan pendapatan sebesar $6200 miliar setiap tahunnya. Jika terumbu karang terus hilang, angka ini diperkirakan akan berkurang setengahnya pada dekade berikutnya. Namun, jika langkah-langkah yang memadai diambil untuk memulihkannya, jumlah tersebut dapat meningkat menjadi $8700 miliar per tahun pada tahun 2030.
Selain itu, terumbu karang juga merupakan sumber penting untuk penelitian biomedis. Banyak spesies yang hidup di terumbu karang memiliki khasiat yang sedang diselidiki untuk pengobatan penyakit seperti kanker.
Bagaimana kita bisa menyelamatkan terumbu karang?
Meskipun situasinya kritis, masih ada harapan bagi terumbu karang jika tindakan segera dan efektif diambil. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Pengurangan emisi: Penyebab utama pemanasan global adalah emisi gas rumah kaca. Mengurangi emisi ini sangat penting untuk menstabilkan suhu laut dan mengurangi pemutihan karang.
- Perlindungan wilayah laut: Terdapat inisiatif yang berupaya untuk meningkatkan kawasan perlindungan laut, membatasi aktivitas destruktif seperti penangkapan ikan dan pariwisata invasif.
- Restorasi Terumbu Karang: Di beberapa daerah, proyek restorasi terumbu karang dilakukan dengan menanam karang baru, meskipun proyek ini seringkali mahal dan memerlukan upaya yang berkelanjutan.
- Pengurangan polutan: Mengatur bahan kimia, plastik, dan limbah lain yang berakhir di lautan sangat penting untuk meningkatkan kualitas air dan menyediakan kondisi terumbu karang yang lebih baik.
Meskipun menghadapi ancaman serius, terumbu karang telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa, terutama jika tekanan terhadap ekosistemnya berkurang. Jika kita mengambil tindakan secara global, membantu mengurangi dampak perubahan iklim dan mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan, kita dapat melihat pemulihan terumbu karang dalam dekade berikutnya.
Separuh dari jumlah itu, kapan?