Es Greenland, salah satu lapisan es terbesar di Bumi, menghilang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Menurut beberapa penelitian terbaru, lapisan es Greenland semakin menipis 270 gigaton es setiap tahunnya, yang setara dengan lebih dari 100.000 kolam air ukuran Olimpiade setiap tahunnya. Ketika emisi gas rumah kaca terus berlanjut, lapisan es terus mencair, yang berdampak langsung pada kenaikan permukaan laut dan menjadi ancaman global.
Mencairnya es di Greenland merupakan fenomena yang erat kaitannya dengan dampak bencana Pemanasan global. Peningkatan suhu udara dan air yang terus-menerus mempercepat proses ini, dan konsekuensinya bersifat global. Mulai dari naiknya permukaan air laut hingga melemahnya arus laut, mencairnya es di Greenland mengubah ekosistem lokal dan pola cuaca di seluruh dunia.
Percepatan pencairan dalam beberapa tahun terakhir
Sebuah studi baru-baru ini menyoroti bahwa, sejak tahun 1990an, hilangnya es di Greenland telah meningkat tujuh kali lipat. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal tersebut Alam, terjadi peningkatan signifikan dalam hilangnya es, mencapai 254 miliar ton per tahun dalam beberapa tahun terakhir, dibandingkan dengan 3.8 miliar yang hilang pada tahun 1990an. Peningkatan pencairan es yang dramatis ini tidak hanya berdampak pada Greenland, namun juga berdampak pada seluruh planet.
Proses pencairan di Greenland tidak seragam. Terdapat variasi antara gletser dan lapisan es yang berbeda, dan laju pencairannya juga bervariasi bergantung pada lokasi geografis. Misalnya, gletser Zachariae Isstrom adalah salah satu yang paling terkena dampaknya, dengan hilangnya 160.000 miliar ton es dalam 40 tahun terakhir. Gletser lain, seperti Jakobshavn, telah kehilangan 88.000 miliar ton.
Dampak langsung terhadap permukaan laut
Mencairnya es di Greenland memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan tersebut permukaan laut secara global. Sejak awal tahun 1990-an, pencairan es telah menyebabkan kenaikan permukaan laut sekitar 1,27 sentimeter, dan angka ini semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Diperkirakan, jika tren yang ada saat ini terus berlanjut, mencairnya Greenland dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut hingga 7,6 meter di masa depan, yang akan menjadi bencana besar bagi wilayah pesisir di seluruh dunia.
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperingatkan bahwa jika tindakan drastis tidak diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, proyeksi akan menunjukkan kenaikan permukaan laut antara 0,5 dan 1,8 meter pada akhir abad ke-XNUMX. Hal ini akan berdampak buruk pada wilayah pesisir, sehingga membahayakan kota-kota besar dan seluruh masyarakat.
Faktor yang mempercepat pencairan
Pemanasan dari lautan Ini adalah faktor kunci dalam mempercepat pencairan. Arus hangat mencapai Greenland dari Atlantik Utara, yang berkontribusi terhadap pencairan es di bawah permukaan. Fenomena ini diamati di gletser seperti Jakobshavn, gletser yang kehilangan massanya lebih cepat akibat arus hangat yang menyerangnya dari bawah.
Faktor percepatan lainnya adalah kehadiran ganggang hitam di permukaan Greenland. Ganggang ini mengurangi albedo permukaan, yang berarti lebih sedikit sinar matahari yang dipantulkan, dan lebih banyak sinar matahari yang diserap oleh es, sehingga mempercepat pencairannya. Albedo adalah efek utama dalam mengatur suhu planet. Salju dan es memantulkan radiasi matahari, sehingga membuat bumi lebih dingin; Namun seiring dengan semakin banyaknya es yang mencair, permukaan yang lebih gelap seperti bebatuan dan tanah akan terlihat, sehingga menyerap lebih banyak panas, sehingga semakin memperparah pencairan tersebut.
Peran arus laut
Mencairnya es di Greenland juga berdampak pada arus laut, seperti arus Sirkulasi Pengembalian Meridional Atlantik (AMOC, untuk akronimnya dalam bahasa Inggris). Aliran air dingin dan hangat antara belahan bumi utara dan selatan diubah oleh masuknya air tawar dari Greenland, yang dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi iklim Eropa, Amerika Utara, dan kawasan lainnya.
Perlambatan AMOC dapat menyebabkan perubahan mendadak pada iklim Eropa, seperti musim dingin yang lebih parah dan kejadian cuaca ekstrem.
Perubahan keanekaragaman hayati dan ekosistem lokal
Mencairnya es tidak hanya berdampak pada iklim global dan permukaan laut, namun berdampak langsung pada ekosistem lokal. Greenland, seperti wilayah Arktik lainnya, mengalami penurunan keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang bergantung pada cuaca dingin ekstrem menghadapi hilangnya habitat.
Pencairan juga memfasilitasi pertumbuhan vegetasi di wilayah yang sebelumnya tertutup es, sehingga mengubah struktur lanskap. Selama tiga dekade terakhir, vegetasi di Greenland meningkat dua kali lipat, termasuk lahan basah yang meningkat empat kali lipat. Meskipun penghijauan ini tampak positif, namun sebenarnya hal ini menyebabkan lapisan es terdegradasi, melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca yang telah terperangkap selama berabad-abad, seperti metana dan karbon dioksida, yang selanjutnya berkontribusi terhadap pemanasan global.
Mencairnya es dalam sejarah tidak hanya menyebabkan peningkatan air di danau, tetapi juga pergerakan sedimen dan nutrisi yang, meskipun tampak positif bagi pembentukan ekosistem baru, namun sangat mengubah keseimbangan alam yang rapuh. Bagi masyarakat adat Greenland, yang bergantung pada ekosistem ini untuk melakukan aktivitas seperti berburu dan menangkap ikan, perubahan ini dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk.
Singkatnya, perubahan yang terjadi di Greenland merupakan peringatan akan gangguan global yang kita timbulkan. Mulai dari naiknya permukaan air laut hingga terganggunya arus laut, dampak dari fenomena ini tidak hanya berdampak pada wilayah Arktik, namun berpotensi mengubah iklim global selamanya.
Belum ada yang berkomentar tentang arus Teluk Meksiko, yang membentang dari Teluk ke Greenland, dan ada prediksi bahwa jika arus ini pecah karena variasi suhu perairan Atlantik, itu akan menjadi malapetaka, bisa Anda berikan kami informasi lebih lanjut tentang itu, terima kasih