Salah satu elemen paling mencemari yang digunakan manusia setiap hari adalah kantong plastik. Jutaan ton plastik dibuang ke lingkungan dan mencemari air dan tanah. Karena daya tahannya, kantong plastik menjadi ancaman dan gangguan bagi sebagian besar ekosistem laut di seluruh dunia.
Untuk mengatasi masalah ini, ilmuwan Belarusia Tatsiana Savitskaya telah mempresentasikan proyek baru yang dia usulkan. membuat kemasan yang dapat dimakan untuk memberantas plastik dari industri makanan. Berdasarkan apa pembungkus ini?
Bungkus yang bisa dimakan
Pembungkus yang bisa dimakan tidak lebih dari lembaran yang bisa dimakan. Mereka bertindak sebagai pembatas antara makanan dan lingkungan sekitar, sehingga memperpanjang umur simpannya tanpa meninggalkan residu plastik. Komponen utama dari film yang dapat dimakan ini adalah pati.
Contoh praktis pembungkus alami yang sudah kita ketahui adalah kulit jeruk yang melindungi daging buahnya. Hal serupa juga terjadi pada kemasan pangan yang berfungsi melindungi pangan olahan. Selain itu, bahan-bahan tersebut dapat diperkaya dengan rasa seperti merica atau kari, yang juga membuka alternatif minat di bidang kuliner.
Kemajuan dan solusi dalam pelapis yang dapat dimakan
Permintaan terhadap kemasan yang dapat dimakan didorong oleh meningkatnya kesadaran ekologis dan kebutuhan untuk mengurangi sampah plastik. Penting untuk disebutkan bahwa film dan pelapis yang dapat dimakan tidak hanya melindungi dari faktor fisik dan mekanik, tetapi juga mengandung senyawa bioaktif seperti antioksidan, vitamin atau bahkan zat antimikroba.
Misalnya menurut penelitian terbaru, ada perusahaan yang sudah mulai menggunakan biopolimer yang diperoleh dari limbah pertanian pangan untuk membuat kemasan yang dapat dimakan. Contoh yang relevan adalah proyek PrevencPack, yang mencakup kemasan yang dapat dimakan yang terbuat dari limbah buah dan sayuran. Kemajuan ini tidak hanya menghilangkan kebutuhan akan kemasan plastik, namun juga membantu mengurangi limbah makanan dengan memperpanjang umur simpan produk yang digunakan.
Salah satu kasus yang paling menonjol adalah perkembangan Ooho, selaput yang bisa dimakan berbahan dasar alga, yang merangkum air dan cairan lainnya. Wadah-wadah ini, yang telah digunakan dalam acara-acara seperti London Marathon, memiliki keuntungan karena dapat terurai sepenuhnya dalam waktu empat hingga enam minggu. Selain itu, dapat dikonsumsi secara langsung.
Contoh produk yang dapat dimakan
Beberapa perusahaan telah mulai mengembangkan peralatan makan dan kemasan berbahan dasar alami. Contoh penting adalah sedotan yang dapat dimakan terbuat dari gandum dan air dari perusahaan Inggris Stroodles. Sedotan ini tahan lama, cocok untuk minuman panas dan dingin, serta tidak mengubah rasa minuman. Produk inovatif lainnya adalah cangkir yang bisa dimakan dikembangkan dengan bahan dasar gelatin atau dedak gandum, sehingga tidak perlu lagi menggunakan gelas plastik sekali pakai.
Selain itu, perusahaan Notpla telah mengembangkan bungkus makanan yang juga terbuat dari rumput laut untuk menggantikan kemasan makanan cepat saji. Kemajuan ini menunjukkan bahwa solusi pengemasan tradisional digantikan oleh alternatif yang tidak hanya lebih ramah lingkungan, namun juga menghasilkan lebih sedikit limbah.
Bagaimana cara kerja pelapis yang dapat dimakan?
Lapisan atau film yang dapat dimakan berfungsi sebagai penghalang terhadap hilangnya kelembapan dan oksidasi. Salah satu tantangan utama dalam pengawetan pangan adalah mencegah kehilangan air dan oksidasi, yang mempercepat degradasinya.
Kasus yang relevan adalah alpukat, produk yang matang dengan sangat cepat, sehingga menimbulkan kerugian besar di supermarket. Ada kemajuan teknologi seperti yang dikembangkan oleh perusahaan Apeel, yang telah menciptakan lapisan pelindung yang dapat dimakan untuk buah-buahan dan sayuran yang secara signifikan mengurangi laju oksidasi. Dengan pelapisan ini, umur simpan buah-buahan seperti jeruk keprok dapat diperpanjang hingga 50%.
Keberlanjutan dan ekonomi sirkular
Penggunaan bahan pelapis yang dapat dimakan merupakan bagian dari a strategi keberlanjutan global yang berupaya mengurangi ketergantungan pada plastik dan mendorong ekonomi sirkular. Pelapis ini tidak hanya dapat dimakan dan terurai secara hayati, namun juga terbuat dari sumber daya terbarukan, sehingga membantu meminimalkan dampak terhadap lingkungan.
Di Spanyol, startup Bio2Coat juga telah mengembangkan solusi serupa berdasarkan bahan-bahan alami. Lapisannya memberikan lapisan perlindungan ekstra untuk buah-buahan dan sayuran, memperbaiki penampilan dan meningkatkan umur simpan hingga 15 hari.
Bioplastik dan kemasan yang dapat dimakan terbuat dari limbah
Kemajuan besar lainnya adalah pengembangan bioplastik yang dapat dimakan yang terbuat dari limbah pertanian pangan. Melalui proyek seperti PrevencPack, dimungkinkan untuk membuat kemasan yang tidak hanya dapat terurai secara hayati, tetapi juga dapat dimakan, sehingga sepenuhnya menghilangkan limbah yang umumnya dihasilkan setelah konsumsi makanan olahan.
Bioplastik ini sangat berguna untuk membungkus makanan dengan kadar air rendah, seperti buah-buahan kering atau makanan ringan, karena dapat menjaganya dalam kondisi optimal hingga saat dikonsumsi.
Bioplastik yang dapat dimakan digunakan dalam berbagai aplikasi dalam industri makanan, mulai dari pembungkus buah hingga kapsul saus atau wadah yogurt.
Tantangan yang harus diatasi
Meskipun pembungkus dan pelapis makanan memiliki banyak keunggulan, seperti kemampuan terurai secara hayati dan potensi mengurangi jejak karbon, namun hal ini juga menghadapi tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah meningkatkan ketahanannya terhadap faktor lingkungan. Meskipun efektif dalam mengawetkan makanan, umur simpannya cenderung lebih pendek dibandingkan plastik tradisional.
Pada tingkat industri, bahan penyusun pelapis ini biasanya lebih mahal dan memerlukan proses pembuatan yang lebih kompleks. Meskipun demikian, meningkatnya permintaan konsumen dan kebijakan pemerintah yang berupaya mengurangi jejak ekologis dapat mendorong investasi pada teknologi yang meningkatkan kelangsungan ekonomi dan produksi skala besar.
Masa depan kemasan pangan nampaknya sangat menjanjikan, karena tidak hanya berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan, namun juga mampu berinovasi dan menawarkan produk yang lebih menarik kepada konsumen.
Tren ini menunjukkan bahwa, dengan pengembangan yang tepat, kemasan yang dapat dimakan dapat menjadi alternatif pengganti plastik. Penelitian dan pengembangan di bidang ini berkembang pesat, dan dalam waktu dekat kita akan melihat lebih banyak solusi disruptif yang mampu bersaing dengan kemasan tradisional.