Gambar berikut yang akan Anda lihat Mereka mentah dan kenyataan itu akan mengejutkanmu. Anda sudah diperingatkan, tetapi penting untuk menyadari ke mana tujuan kita sebagai spesies di dunia kapitalis ini dan tanpa alasan yang mengubah setiap makhluk hidup, bahkan kita, menjadi mata uang untuk mata uang lain yang sama, atau, batu ke orang yang memberinya nilai lebih besar daripada orang, hanya orang yang menulis di sini dan orang yang membaca baris ini, Anda sendiri.
Perdagangan trenggiling: sebuah tragedi bagi keanekaragaman hayati
Paul Hilton, seorang jurnalis foto, tiba di sebuah lapangan terbuka di Sumatra, Indonesia, tahun lalu, di mana ia menemukan sebuah lubang besar, beberapa pasukan resmi, dan sebuah kuburan terbuka yang siap untuk dibakar. Apa yang dia lihat adalah kejahatan terhadap alam. Lubang itu adalah penuh dengan trenggiling, yang disita dari perusahaan yang memperdagangkan hewan buruan ilegal tersebut karena beberapa bagiannya sangat berharga.
Secara total, tentang 4.000 trenggiling Mereka diselamatkan dan ditumpuk di lubang terbuka, tempat mereka dibekukan dan menunggu untuk dikremasi. Pembantaian ini diperkirakan bernilai 1,8 juta dolar. Perdagangan ilegal trenggiling masih menjadi bisnis yang sangat menguntungkan, terutama di Asia, dimana trenggiling digunakan dalam pengobatan tradisional dan dagingnya dianggap sebagai makanan lezat.
Trenggiling dan kegunaannya dalam pengobatan tradisional
Trenggiling sangat dihargai oleh pengobatan tradisional, khususnya di Tiongkok dan Vietnam. Sisiknya, terbuat dari keratin, bahan yang sama dengan kuku kita, banyak digunakan dalam sediaan yang konon dapat menyembuhkan penyakit seperti radang sendi atau asma. Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini, kepercayaan terhadap wilayah ini masih kuat.
Selain sisiknya, daging trenggiling dipandang sebagai makanan lezat di beberapa negara Asia, sehingga mendorong terjadinya perburuan liar. Tuntutan ini telah menyebabkan delapan spesies trenggiling, baik di Asia maupun Afrika, berada pada tingkat bahaya kepunahan yang berbeda-beda tergantung pada jenisnya Daftar Merah IUCN (Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam).
Dampak perdagangan ilegal terhadap populasi trenggiling
Diperkirakan lebih dari 100.000 trenggiling ditangkap dan dijual secara ilegal setiap tahunnya. Permintaan daging dan sisiknya telah menyebabkan penurunan populasi yang mengkhawatirkan. Menurut penelitian terbaru, total populasi trenggiling di seluruh dunia berada di bawah 200.000 individu, dan spesies Asia merupakan spesies yang paling terkena dampaknya. Dia Trenggiling Cina (Manis pentadactyla) dan Trenggiling Malaya (Manis javanica) diklasifikasikan sebagai Sangat Terancam Punah, sedangkan spesies Afrika lainnya, seperti trenggiling pohon (Phataginus tricuspis), telah berubah dari diklasifikasikan sebagai Rentan menjadi Terancam Punah.
Jumlahnya tidak jelas karena sulitnya memantau mamalia nokturnal dan soliter ini, namun yang jelas adalah perdagangan ilegal trenggiling terus meningkat. Pada tahun 2016, Konvensi CITES melarang perdagangan internasional semua spesies trenggiling, namun perdagangan ilegal masih terus terjadi, didorong oleh permintaan dari Tiongkok dan Vietnam.
Peran pandemi dalam perburuan liar
Selama pandemi COVID-19, trenggiling menjadi terkenal karena ada spekulasi bahwa trenggiling dapat menjadi penghubung penularan virus dari kelelawar ke manusia. Meski teori ini tidak terbukti, namun penganiayaan terhadap hewan ini meningkat secara signifikan, baik untuk dikonsumsi maupun untuk menghindari penularan. Hal ini semakin memperburuk situasi spesies yang terancam punah, dengan peningkatan perdagangan yang signifikan pada tahun 2020 dan 2021.
Langkah-langkah konservasi dan harapan bagi masa depan trenggiling
Ada beberapa upaya internasional untuk menyelamatkan trenggiling, seperti upaya organisasi seperti WWF dan dukungan dari pemerintah daerah di Vietnam dan Tiongkok, yang telah mulai menerapkan undang-undang yang lebih ketat untuk melindungi hewan-hewan ini. Selain itu, kampanye kesadaran juga dilakukan untuk mendidik masyarakat lokal tentang pentingnya melestarikan mamalia ini. Tiongkok, misalnya, telah meningkatkan trenggiling menjadi Kategori Perlindungan I, semaksimal mungkin, dalam undang-undang satwa liarnya.
Namun, meskipun ada langkah-langkah yang diambil, perdagangan ilegal masih terus terjadi. Kunci untuk menghentikan tren ini terletak pada kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat umum. Kurangi permintaan Penting untuk menjamin kelangsungan hidup trenggiling. Hal ini hanya dapat dicapai melalui upaya berkelanjutan untuk memberantas jaringan perdagangan ilegal dan menerapkan undang-undang dan hukuman yang lebih ketat.
Masa depan trenggiling masih belum pasti, namun belum sepenuhnya hilang. Dengan kombinasi yang tepat antara upaya konservasi, peraturan yang efektif, dan yang terpenting, perubahan budaya yang mengurangi permintaan sisik dan daging, mungkin kita dapat mencegah hilangnya hewan unik ini dari planet kita.