Greenpeace telah mencela perusahaan mainan terbesar di dunia dalam hal penggunaan kemasan kertas dan kertas karton berasal dari rusaknya hutan di Indonesia. Deforestasi ini berdampak serius terhadap ekosistem lokal dan berkontribusi terhadap hilangnya spesies yang terancam punah.
Laporan Greenpeace mengungkapkan bahwa setiap tahunnya lebih dari satu juta hektar hutan di Indonesia, sebagian besar ditujukan untuk produksi kertas dan karton, yang dijual ke berbagai industri, termasuk sektor mainan, dengan harga yang sangat kompetitif. Konsekuensinya adalah kerusakan lingkungan secara besar-besaran yang tidak hanya membahayakan keanekaragaman hayati, namun juga sumber daya alam dan penghidupan masyarakat lokal.
Perusahaan-perusahaan yang dikecam oleh Greenpeace
Perusahaan yang dilaporkan antara lain Mattel, pembuat Barbie, Hasbro, pencipta Transformers, Disney y Lego. Pada prinsipnya, perusahaan-perusahaan ini tampaknya tidak bertanggung jawab langsung atas deforestasi, karena para pemasoklah yang menjual produk-produk yang diperoleh dengan cara yang tidak berkelanjutan kepada mereka. Namun, sebagai perusahaan yang diakui secara global, mereka memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pemasok mereka menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Deforestasi tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati, namun juga berdampak pada masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk penghidupan mereka. Perusahaan-perusahaan besar ini diharapkan dapat bertindak cepat dan memilih pemasok yang patuh standar keberlanjutan internasional.
Lego: Sebuah langkah menuju keberlanjutan
Dari semua perusahaan yang terlibat, saja Lego telah mengambil langkah maju dalam penerapan kebijakan yang lebih berkelanjutan. Perusahaan berkomitmen untuk mengurangi penggunaan kemasan dan memastikan bahwa bahan yang mereka gunakan berasal dari sumber berkelanjutan, yang disertifikasi oleh Dewan Pengawas Hutan (FSC). Selain itu, Lego mengumumkan rencana untuk berhenti bekerja sama dengan pemasok yang terkait dengan perusakan hutan hujan.
Posisi ini mencerminkan semakin besarnya tekanan yang diberikan oleh konsumen dan LSM pada merek-merek besar untuk menerapkan praktik ramah lingkungan. Komitmen seperti ini sangat penting untuk menghentikan kerusakan hutan di negara-negara seperti Indonesia.
Perusahaan tertinggal lainnya
Meskipun Lego telah mengambil sikap proaktif, perusahaan mainan lainnya, seperti Mattel, Hasbro dan Disney, telah memilih untuk mengambil sikap proaktif. mencoba untuk menjauh dari topik tersebut, tanpa mengambil komitmen khusus yang dapat meningkatkan dampak lingkungannya. Meskipun mereka telah berjanji untuk meninjau kembali kebijakan pembelian mereka, reaksi mereka masih lemah dibandingkan dengan tindakan yang diambil oleh Lego.
Pentingnya konsumsi yang bertanggung jawab
Konsumen memiliki kekuatan untuk mengubah tindakan perusahaan-perusahaan tersebut. Ketika kita membeli suatu produk, kita mempromosikan metode dan proses produksi ekologis atau non-ekologis di baliknya. Penting untuk mempertimbangkan sikap dan komitmen yang diambil perusahaan terhadap masalah sosial dan lingkungan sebelum melakukan pembelian.
Sangat penting untuk mewajibkan perusahaan untuk memenuhi standar keberlanjutan, bukan merusak lingkungan dan melindungi spesies yang menghuni hutan tropis. Banyak spesies yang ada di Indonesia, seperti orangutan dan Harimau Sumatera, terancam punah akibat penggundulan hutan akibat perluasan kegiatan pertanian dan industri kertas.
Dampak lingkungan dari industri mainan
Industri mainan semakin banyak mendapat kritik karena tingginya dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses pembuatannya dan penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat didaur ulang secara berlebihan seperti plastik dan kertas. Laporan AIJU baru-baru ini mencatat hal itu 62% konsumen mereka percaya itu mainan berkelanjutan Hal tersebut bukanlah sebuah tren yang hanya sekedar iseng belaka, namun sebuah tren yang akan terus berlanjut di masa depan.
Selanjutnya penggunaan mikroplastik pada mainan masih dipertanyakan, karena pecahan plastik kecil ini mencemari lautan dan sulit dihilangkan dari lingkungan. Pada akhir tahun 2023, UE mengumumkan langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan mikroplastik dalam produk-produk seperti kosmetik, deterjen, dan mainan sebagai bagian dari strateginya untuk memerangi pencemaran lingkungan.
Tindakan berkelanjutan dalam proses manufaktur
Beberapa perusahaan di sektor mainan telah menerapkan perubahan penting dalam proses produksinya. Mattel, misalnya, telah merancang proposal yang berfokus pada pembuatan lebih banyak mainan ekologis, menggunakan bahan plastik daur ulang, bioplastik, dan produk berbasis bio. Selain itu, sebagian besar kemasan produknya dibuat dengan kertas dan karton bersertifikasi FSC, yang menjamin asal usulnya yang berkelanjutan.
Di sisi lain, langkah-langkah seperti penggunaan kembali mainan juga menjadi relevan. Inisiatif seperti Bagikan dan Daur Ulang Mereka mempromosikan sumbangan mainan yang tidak terpakai untuk didistribusikan kembali atau didaur ulang, membantu mengurangi konsumsi produk baru dan, oleh karena itu, dampaknya terhadap lingkungan. Dalam kampanye terakhirnya, inisiatif ini dikumpulkan 35.500 unit mainan, menghindari pelepasan 30 ton CO2.
Keberlanjutan di bidang mainan masih menjadi tantangan, namun semakin banyak perusahaan yang mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya terhadap planet ini.
Peran konsumen sangatlah penting. Membutuhkan mainan dengan standar lingkungan yang tinggi dan memproduksi produk dengan bahan daur ulang atau sumber yang ramah lingkungan merupakan langkah penting tidak hanya bagi industri mainan, namun juga untuk melindungi wilayah paling rentan di planet kita.