Saat ini kita dapat mengatakan bahwa pemasangan energi bersih dan terbarukan di negara-negara berkembang di mana jaringan listrik sedang “dibangun” jauh lebih murah dibandingkan dengan yang berbasis bahan bakar fosil. Kalau kasus ini kita serahkan ke negara-negara maju, karena infrastruktur sudah ada, posisi kita tidak sama. Namun, tidak dapat disangkal bahwa saat ini pasar energi global sedang mengalami transformasi murni. Energi surya, untuk pertama kalinya, menjadi bentuk listrik baru yang paling murah.
Daya Saing Energi Matahari versus Gas Alam dan Batubara
Kini energi surya mulai mampu bersaing dengan gas alam dan batu bara dalam skala besar. Selain itu, proyek pembangkit listrik tenaga surya baru di negara-negara berkembang berbiaya lebih rendah dibandingkan proyek pembangkit listrik tenaga angin, menurut data dari Bloomberg New Energy Finance. Kemajuan ini hanyalah salah satu indikator bagaimana teknologi tenaga surya telah berhasil mengurangi biaya produksi secara signifikan, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut. Panel surya tidak hanya mengalami peningkatan dalam hal efisiensi, namun juga dalam hal daya tahan, sehingga dapat memberikan kinerja luar biasa selama lebih dari 25 tahun dengan perawatan minimal. Munculnya energi surya sebagai alternatif yang lebih murah merupakan sebuah perkembangan penting, terutama di negara-negara dimana infrastruktur energi berbasis fosil belum dikembangkan. Di negara-negara tersebut, energi terbarukan dapat memimpin tanpa harus bersaing secara langsung dengan pembangkit listrik termal yang sudah ada.
Investasi Strategis dan Pengurangan Biaya Global Energi Surya
Investasi pada energi surya telah berubah dari nol menjadi sejumlah besar uang dalam lima tahun, sebagian besar disebabkan oleh Tiongkok, yang dengan cepat menggunakan energi surya dan membantu negara-negara lain membiayai proyek mereka sendiri. Dukungan internasional ini telah menghasilkan peningkatan besar-besaran dalam pemasangan infrastruktur tenaga surya di wilayah dengan tingkat sinar matahari tinggi, seperti India, Brasil, dan Meksiko. Tiongkok tidak hanya berperan sebagai pemimpin dalam penerapan energi surya, namun juga sebagai eksportir teknologi surya yang murah dan efisien. Dalam lelang internasional, di mana perusahaan bersaing untuk mendapatkan kontrak penyediaan listrik, energi surya telah mencetak rekor demi rekor. Misalnya, pada bulan Januari tahun lalu, dalam lelang di India untuk memasok megawatt jam, energi surya bersaing dengan harga $64. Namun, pada bulan Agustus tahun yang sama, perjanjian lain ditandatangani sebesar $29,10, sebuah peristiwa luar biasa yang menurunkan separuh harga energi berbasis batu bara. Persaingan seperti ini terus terjadi di berbagai belahan dunia, menjadikan energi surya sebagai energi yang layak secara ekonomi.
Pengurangan Biaya di Negara Maju dan Infrastruktur Baru
Energi terbarukan memasuki era pemotongan harga bahan bakar fosil. Secara umum, energi ramah lingkungan bisa lebih mahal di negara-negara maju, dimana permintaan listrik stagnan atau menurun, dan tenaga surya baru harus bersaing dengan pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas alam yang sudah ada. Namun, negara-negara dengan infrastruktur kelistrikan yang sedang dalam tahap ekspansilah yang akan menjadikan energi terbarukan lebih menonjol dibandingkan teknologi lainnya. India adalah contoh utama yang menciptakan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia dalam waktu singkat. Selain itu, di wilayah dengan tingkat iradiasi matahari yang tinggi, seperti Eropa bagian selatan, biaya produksi listrik menggunakan energi matahari jauh lebih rendah. Sebuah studi oleh Fraunhofer ISE menunjukkan bahwa, pada tahun 2050, Spanyol dapat mengurangi biaya energi surya menjadi antara 1,8 dan 3,1 sen per kWh, yang nilainya hingga 10 kali lebih rendah dari harga saat ini.
Faktor yang Mempercepat Koalisi Energi Bersih
Transisi ke energi terbarukan seperti tenaga surya bukan hanya persoalan biaya. Hal ini juga disebabkan oleh mendesaknya pengurangan emisi karbon global. Biaya energi terbarukan telah turun sebagian besar karena kemajuan teknologi dan perluasan investasi. Badan Energi Internasional (IEA) telah mengkonfirmasi bahwa energi surya adalah yang termurah dalam sejarah, terutama dalam konteks dimana biaya modal terkendali dan infrastruktur mendukung. Negara-negara berkembang memilih untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara demi pembangkit listrik tenaga surya karena biaya yang lebih rendah dan tekanan global untuk mengurangi emisi.
Masa Depan Energi Matahari dan Krisis Energi Global
Di tahun-tahun mendatang, energi surya diperkirakan akan terus mengurangi biaya secara global. Proyeksi untuk dekade berikutnya adalah, di negara-negara seperti Tiongkok dan India, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya akan berlipat ganda. Kemajuan teknologi, termasuk pengembangan penyimpanan energi yang lebih efisien seperti baterai virtual dan inovasi panel surya perkotaan, akan semakin berkontribusi terhadap penurunan biaya. Teknologi ini akan meningkatkan kinerja panel surya, menjadikan energi surya tidak hanya lebih murah, namun juga lebih mudah diakses oleh berbagai sektor perekonomian. Singkatnya, merupakan sebuah kenyataan besar bahwa energi ramah lingkungan kini memimpin sektor energi global. Energi surya adalah salah satu alternatif terbaik bukan hanya karena biayanya yang rendah, namun juga karena merupakan energi terbarukan dan bersih yang memungkinkan pertumbuhan berkelanjutan secara global.